Debat Keempat Pilpres 2024, Sulistyowati Irianto Sebut Sibuk Dengan Gimik Substansi Tidak Tergali

- 26 Januari 2024, 10:15 WIB
Sulistyowati Irianto, Guru Besar Antropologi Hukum UI saat hadiri program ROSI KOMPAS TV (tangkap layar YouTube kompas tv)
Sulistyowati Irianto, Guru Besar Antropologi Hukum UI saat hadiri program ROSI KOMPAS TV (tangkap layar YouTube kompas tv) /

SUARA TERNATE, Terkait debat keempat Pilpres 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI juga menghadirkan Guru Besar Antropologi Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Prof Sulistyowati Irianto sebagai panelis.

Begitu pun, tema debat keempat yang berlangsung Minggu, 21 Januari 2024 adalah pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa.

Sulistyowati diprogram ROSI KOMPAS TV menyatakan bahwa debat keempat Pilpres 2024 yang menampilkan 3 cawapres yakni Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD berlangsung dengan kurang mencerminkan kompetisi yang substansi.

Baca Juga: Saat Debat Cawapres Keempat Pilpres 2024 Gibran Keluar Podium, KPU RI Akui Akan Bahas di Rapat Evaluasi

“Debat seperti tidak mencerminkan stature-nya yang tinggi, karena debat itu dilakukan untuk mendapatkan simpati publik agar bisa mendapatkan jabatan yang paling tinggi di Republik ini ya. Tetapi itu kurang bisa tercermin,” tutur Sulistyowati, Kamis (25/1/2024).

Sedangkan, tambahnya, bagaimana upayanya sebagai panelis dan sejumlah panelis lain untuk menghasilkan pertanyaan yang berkualitas dalam debat terkait tema. Tetapi, pertanyaan yang berangkat dari tema debat dan disajikan baik, tidak cukup substansi dijawab dalam debat keempat Pilpres 2024.

“Saya boleh cerita tentang apa yang terjadi di dalam grup panelis, kami itu mendapatkan tugas untuk tema-tema yang sangat berat pembangunan berkelanjutan, lingkungan hidup, masyarakat adat dan banyak sekali ya,” kata Sulistyowati.

Baca Juga: Soroti Kerusakan Lingkungan Pada Debat Keempat Pilpres 2024, Mahfud MD Nyanyikan Lagu Ebiet G Ade

“Dan kami itu berusaha agar bisa menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang berkualitas, dalam arti ada statement yang dikuatkan oleh data gitu ya, ada statement, ada data, baru ada pertanyaan. Jadi kami berharap pertanyaan itu dijawab demikian juga gitu, ada statement konseptualnya, lalu ada datanya kemudian jawabannya apa gitu, nah itu kurang terjadi," ungkapnya.

Terkait hal tersebut, menurut Sulistyowati, semua substansi relatif tidak tergali dengan baik karena sibuk dengan gimik. Padahal seharusnya masing-masing calon memiliki gagasan dan pemikiran untuk bagaimana nantinya diterapkan kebijakan-kebijakannya jika terpilih.

“Semua substansi relatively tidak tergali karena semua orang sibuk membicarakan soal-soal gimmick, soal-soal etik. Padahal substansi itu harusnya yang diberitahu kepada publik masing-masing calon itu memiliki gagasan apa, pemikiran apa, dan akan menterjemah ke dalam public policy yang seperti apa,” jelas Sulistyowati.

Baca Juga: Gibran Singggung Tom Lembong Saat Debat Dengan Cak Imin Terkait LFP, Begini Karier dan Prestasi Thomas Lembong

“Itu yang ditunggu-tunggu publik sebenarnya karena banyak sekali masalah-masalah serius ya, tapi akhirnya itu jadi hilang karena semua orang membicarakan hal-hal yang kurang substansial, soal-soal gimmick, etika, kemudian saling perang tafsir gitu," tuturnya menambahkan.

Editor: Randi Ishab

Sumber: kompas tv


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah