Jaring Nusa Bersama Pakativa Ajak Publik Dukung Perlindungan Keanekaragaman Hayati Indonesia

- 22 Mei 2023, 19:49 WIB
Workshop  Keanekaragaman Hayati Serta Urgensi Regulasi Konservasi Sumber Daya Hayati dan Esensial di Indonesia oleh Jaring Nusa dan Pakativa
Workshop Keanekaragaman Hayati Serta Urgensi Regulasi Konservasi Sumber Daya Hayati dan Esensial di Indonesia oleh Jaring Nusa dan Pakativa /Vyra Debe

SUARA TERNATE - Jaring Nusa bersama Perkumpulan Pakativa, melaksanakan workshop dengan tema Keanekaragaman Hayati Serta Urgensi Regulasi Konservasi Sumber Daya Hayati dan Esensial di Indonesia.

Kegiatan tersebut bertempat di Caffe Drupadi, Kelurahan Jati, Ternate Selatan.

Workshop yang dilaksanakan pada kesempatan ini, menghadirkan narasumber dari unsur Pemerintahan, yang diwakili Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Amehr Hakim, Perwakilan Sekertariat WG ICCAs Indonesia, Cindy Julianti, Akademisi Universitas Khairun Ternate, Zulham Harhap dan Direktur Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia, Nirwan Dessibali, serta menghadirkan sejumlah peserta dari berbagai pihak termasuk media.

Baca Juga: Pencarian Hari Ke 5 ABK Kapal Asing yang Jatuh Ke Laut Belum Membuahkan Hasil

Direktur Perkumpulan Pakativa, Nursyahid Musa menjelaskan, terkait kegiatan tersebut digelar atas kondisi lingkungan di Indonesia termasuk di Maluku Utara yang semakin terdegradasi.

Katanya, kegiatan ini bertepatan dengan peringatan hari Keanekaragaman Hayati Internasional (KEHATI) pada Senin, 22 Mei 2023.

Dengan begitu, dia berharap kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran serta menumbuhkan kecintaan terhadap keanekaragaman hayati atau biodiversitas.

Baca Juga: Bagian Dari Alumni, Pemilik Red Corner Cafe Sediakan Tempat Inap Untuk Tamu Reuni Sekolah RK Ternate

"Hari Internasional Keanekaragaman Hayati mengusung tema berbeda tiap tahunnya yang ditentukan oleh sekretariat PBB dalam upaya mengangkat isu spesifik terkait dengan keanekaragaman hayati," ujarnya.

Dia menambahkan, pada tahun 2022 lalu, negara-negara yang bertemu di Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB COP15 di Montreal telah mencapai kesepakatan yang merupakan langkah kunci dalam melindungi daratan dan lautan dunia serta mendukung upaya untuk melindungi iklim dunia.

Kemudian terdapat komitmen bersama untuk melindungi 30 persen daratan dan perairan dunia yang dianggap penting bagi keanekaragaman hayati pada tahun 2030.

"Saat ini, hanya 17 persen daratan dan 10 persen lautan dunia yang dilindungi. Hari Keanekaragaman Hayati atau Biodiversity Day diperingati setiap tanggal 22 Mei," katanya.

Lanjut dia, di Indonesia fenomena yang sangat memprihatinkan adalah tingginya laju deforestasi. Jutaan hektar hutan tropis Indonesia hilang dalam kurun waktu dua dasawarsa terakhir.

Selain deforestasi, pada wilayah pesisir, laut dan pulau kecil keanekaragaman hayati Indonesia juga kian terancam.

secara perlahan, hutan mangrove dan terumbu terancam terus mengalami penyusutan. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab di balik ancaman kepunahan tumbuhan dan satwa di Indonesia.

Seperti alih fungsi lahan sebagai pemenuhan keperluan perkebunan, pertanian, perumahan dan pembangunan infrastruktur, industri ekstraktif, kemudian overfishing dan destruktive fishing yang telah terjadi di berbagai daerah, di seluruh tanah air dalam kurun waktu yang lama.

Olehnya itu, Jaring Nusa bersama Perkumpulan Pakativa kali ini melaksanakan Webinar Hybrid sebagai bagian untuk mengajak publik, mendukung upaya perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia.

Terkait hal teresebut, kegiatan webinar hybrid dalam rangka memperingati hari keanekaragaman hayati internasional dilaksanakan dengan menggunakan platform aplikasi zoom dengan mengangkat tema “Keanekaragaman Hayati serta Urgensi Regulasi Konservasi Sumber Daya Hayati dan Esensial di Indonesia."

Pada intinya, kegiatan ini memberikan penjelasan ke publik mengenai potret kondisi keanekaragaman hayati di Indonesia, serta upaya pengelolaan dan perlindungannya.

Selain itu, memberikan penjelasan mengenai arah kebijakan nasional yang mendukung konservasi berbasis komunitas lokal dan adat, khususnya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Termasuk memberikan penjelasan mengenai urgensi perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia. Dan menemukan solusi membangun upaya konservasi yang berkelanjutan dan partisipatif serta memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat.***

Editor: Asri Sikumbang


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah