California Berlakukan Jenazah Jadi Pupuk Kompos Mulai 2027 Picu Pro-kontra

- 27 September 2022, 11:40 WIB
Ilustrasi Jenazah
Ilustrasi Jenazah /Shutterstock/

SUARA TERNATE - Gubernur California, Gavin Newsom telah menyetujui kebijakan pengomposan jenazah manusia yang akan mulai dipraktikkan pada tahun 2027.

Kebijakan itu pertama kali diterbitkan Washington pada 2019, diikuti Colorado dan Oregon pada 2021. Sementara Vermont baru melegalkan praktik itu pada Juni 2022.

Pengomposan manusia dilakukan dengan cara memasukkan tubuh ke dalam bejana. Selanjutnya ditupi bahan organik seperti jerami, serpihan kayu dan alfalfa.

Ada mikroba khusus yang memecah mayat dan materi tanaman kemudian mengubah berbagai komponen menjadi tanah kaya nutrisi dalam waktu sekitar 30 hari.

Proses itu dibantu staf rumah duka khusus pengomposan manusia. Kompos kemudian dikeluarkan dari wadah dan dibiarkan mengering selama 2-6 minggu.

Menurut Recompose setiap tubuh manusia menghasilkan sekitar satu meter kubik kompos.

Hasil kompos dapat digunakan anggota keluarga seperti dengan mencampurkannya ke dalam petak bunga, atau menyumbangkannya untuk disebarkan di kawasan konservasi.

Baca Juga: Zee Minta Maaf Soal Video Viral, Ini 8 Golden Rules yang Harus Dipatuhi Member JKT48

Menurut pemilik situs web recompose, pengomposan manusia menjadi salah satu solusi untuk mengembalikan nutrisi tanah, memulihkan hutan karena terdapat karbon yang terserap.

Asosiasi Kremasi Amerika Utara mengklaim sudah mulai banyak dukungan pada proses pengomposan jenazah manusia. Alasannnya ini menjadi solusi alternatif yang lebih ramah lingkungan dibanding dikremasi..

Menurut Becky Little dari National Geographic, proses kremasi yang melibatkan pembakaran, pelarutan melepaskan rata-rata 534,6 pon karbon dioksida ke udara per tubuh. Ini berarti sekitar 360.000 metrik ton gas rumah kaca dipancarkan di AS setiap tahun.

Selain itu pemakaman menjadi proses berbahaya bagi lingkungan karena terdapat zat kimia dari pembalseman untuk pengawetan jenazah yang larut ke dalam tanah. Kira-kira sekitar 5,3 juta galon cairan seperti formaldehida, metanol dan etanol terkubur setiap tahunnya.

Julia Calderone dari Tech Insider mengatakan penggunaan peti mati dan brankas pemakaman juga membutuhkan banyak sumber daya yaitu 30 juta kaki papan kayu dan hampir 2 juta ton beton, baja dan bahan lainnya setiap tahun.

“Kebakaran hutan, kekeringan ekstrem, rekor gelombang panas mengingatkan kita bahwa perubahan iklim itu nyata dan kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk mengurangi emisi metana dan CO2,” tulis Cristina Garcia, anggota parlemen California yang menyusun RUU pengomposan manusia di Golden State di twitter.

Namun, tidak semua masyarakat menyetujui kebijakan itu. Kelompok yang tidak setuju menganggap kebijakan itu seolah mengubah orang yang mereka cintai menjadi kotoran.

Konferensi Katolik California menentang Undang-undang itu menulis dalam surat bulan Juni bahwa pengomposan manusia ”mengurangi tubuh manusia menjadi sekadar komoditas sekali pakai”, seperti dilaporkan Jonah McKeown dari Catholic News Agency .

Di New York, di mana RUU pengomposan manusia telah diusulkan, Konferensi Katolik Negara Bagian New York menyatakan oposisi menulis bahwa proses itu gagal "melindungi dan melestarikan martabat dan rasa hormat dasar manusia."

“Kami percaya ada banyak warga New York yang tidak nyaman dengan metode pengomposan/pemupukan yang diusulkan ini, yang lebih sesuai untuk hiasan sayuran dan kulit telur daripada untuk tubuh manusia,” tandas organisasi itu.***

Editor: Ahmad Zamzami


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah