Namun ternyata Covid-19 telah menghambat perayaan tersebut. Di kota-kota besar, wabah telah menutup bisnis yang tidak penting sekali lagi, dan orang-orang harus membatasi pergerakan mereka.
Tanpa bar untuk dikunjungi, surat kabar Global Times mengatakan beberapa penggemar "memilih untuk menonton pertandingan di rumah bersama keluarga mereka". Yang lain juga dilaporkan nobar sembari berkemah.
Penerbangan antara Qatar dan China juga tetap sangat terbatas bagi mereka yang berharap untuk menonton acara tersebut secara langsung. Banyak yang merasakan isolasi akut menonton acara tahun ini.
Sebuah surat terbuka yang mempertanyakan kebijakan nol-Covid yang berkelanjutan di negara itu dan menanyakan apakah China "di planet yang sama" dengan Qatar.
Komentar di jejaring sosial Weibo seperti Twitter tersebar luas dari pemirsa yang berbicara tentang bagaimana menonton pertandingan tahun ini membuat mereka merasa terpisah dari seluruh dunia.
Beberapa berbicara tentang persepsi mereka bahwa "aneh" melihat ratusan ribu orang berkumpul, tanpa masker atau perlu menunjukkan bukti tes Covid-19 baru-baru ini.
Ada yang mengatakan bahwa mereka kesulitan menjelaskan kepada anak-anak mereka mengapa adegan Piala Dunia begitu berbeda dengan yang dihadapi orang-orang di rumah.
Namun, ada banyak orang di China yang mengkritik negara-negara di luar negeri yang membuka diri sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih menyebut virus Covid-19 sebagai "darurat global akut".