PP Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadan 1444 H pada Kamis 23 Maret 2023, 1 Syawal 1444 H Jumat 21 April 2023

- 24 Februari 2023, 10:00 WIB
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada, Senin (6/2) resmi menetapkan 1 Ramadan 144 H pada Kamis, 23 Maret 2023.
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada, Senin (6/2) resmi menetapkan 1 Ramadan 144 H pada Kamis, 23 Maret 2023. /Muhammadiyah/

SUARA TERNATE - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada, Senin (6/2) resmi menetapkan 1 Ramadan 144 H pada Kamis, 23 Maret 2023. Selain itu PP Muhammadiyah juga menetapkan 1 Syawal 1444 H pada Jumat, 21 April 2023 dan 1 Zulhijjah 1444 H pada Senin 19 Juni 2023.

Kepastian itu disampaikan langsung Sekretaris PP Muhammadiyah, Muhammad Sayuti di acara Konferensi Pers Maklumat PP Muhammadiyah “Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, Zulhijjah 1444 H di kantor PP Muhammadiyah Jl. Cik Ditiro, No. 23, Kota Yogyakarta.

Selain Muhammad Sayuti, hadir di acara itu Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua PP Muhammadiyah Bidang Tarjih dan Tajdid Syamsul Anwar, dan Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Oman Fathurrohman.

Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini 24 Februari 2023 Hanya Naik Tipis Jadi Rp1.016.000 per Gram, Segini Harga Buybacknya

Penetapan 1 Ramadan, kata Syamsul Anwar, memiliki potensi sama dengan pemerintah, tetapi awal Syawal dan Zulhijjah ada potensi berbeda dengan pemerintah karena Muhammadiyah memakai hisab hakiki wujudl hilal, sementara pemerintah berpedoman pada kriteria MABIMS.

“Potensi perbedaan ada pada awal Syawal dan Zulhijah hal ini karena menurut kriteria MABIMS bulan bisa dilihat pada tinggi bulan sekurang-kurangnya 3 derajat dan elongasinya 6,4 derajat,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan jika terjadi perbedaan jangan dijadikan sebagai sumber perpecahan, karena umat Islam di Indonesia memiliki pengalaman dalam perbedaan.

Baca Juga: Harga Emas Pegadaian Hari Ini 24 Februari 2023: Kompak Turun, Antam Jadi Rp1.055.000 vs UBS Rp996.000/Gram

Perbedaan di tubuh umat Islam bukan suatu yang baru, karena itu itu Haedar mendorong dari perbedaan itu lahir sikap saling menghargai, menghormati dan toleransi atau tasamuh, serta menimbulkan pernghargaan dan kearifa atas perbedaan.

“Jangan juga dijadikan sumber yang membuat kita Umat Islam dan warga bangsa lalu retak, karena ini menyangkut ijtihad yang menjadi bagian denyut nad perjuangan perjalanan sejarah Umat Islam yang satu sama lain saling paham, menghormati dan saling menghargai,” katanya.***

Editor: Ahmad Zamzami

Sumber: Muhammadiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x