SUARA TERNATE - Agensi Girl group TWICE, JYPE mengumumkan pembatalan konser offline TWICE di Seoul akibat kasus Covid-19 di Korea yang mengalami peningkatan.
"Karena pedoman jarak sosial yang lebih ketat sedang diterapkan karena meningkatnya kasus COVID-19 yang terus meningkat, kami telah memutuskan untuk membatalkan salah satu konser offline TWICE, 'TWICE 4TH WORLD TOUR 'III', yang telah dijadwalkan pada 24 Desember," kata agensi JYP Entertainment, dikutip dari Soompi, Jumat 17 Desember 2021.
Lebih lanjut, JYPE mengatakan pihaknya telah mempersiapkan konser offline sambil mengikuti pedoman jarak sosial yang diberlakukan oleh otoritas pengendalian penyakit dan otoritas pemerintah terkait memastikan keselamatan artis dan penonton.
Baca Juga: Setelah Tagar #Percuma Lapor Polisi, Kini Muncul #NoViralNoJustice
Namun, pedoman jarak sosial yang lebih ketat membuat tempat tersebut sekarang memiliki jam operasional yang terbatas.
"jadi kami telah membatalkan konser yang dijadwalkan pada 24 Desember," ungkap agensi.
Adapun agensi itu mengatakan konser offiline 25 dan 26 Desember masih akan berlangsung, serta konser online Beyond LIVE, 26 Desember juga akan digelar.
Baca Juga: 'Spider-Man: No Way Home' Kumpul 635.000 Penonton, Cetak Rekor di Box Office Korea Selatan
"Kami akan mengungkapkan detail lebih lanjut nanti tentang prosedur pembatalan dan pengembalian dana untuk konser offline yang dibatalkan," ujar JYPE.
"Kami akan melakukan yang terbaik agar uang penonton dikembalikan secepat mungkin. Kami dengan tulus meminta maaf kepada mereka yang telah menantikan konser ini," sambungnya.
Konser Seoul di KSPO Dome dimaksudkan untuk memulai tur dunia TWICE, yang sejauh ini telah mengumumkan pemberhentian di Los Angeles, Oakland, Dallas, Atlanta, dan New York pada Februari 2022.
Baca Juga: TikTok Umumkan Fitur Baru Memungkinkan Pengguna Mengunggah Video Beresolusi 1080p
Sebelumnya Korea Selatan saat ini mencatat lebih dari 7 ribu kasus COVID-19 per hari, mendorong pemerintah untuk menerapkan langkah-langkah yang lebih ketat untuk mengendalikan penyebaran virus.***