Baca Juga: Respon Kabar Pemindahan Pedagang Ikan ke Lantai Dua. Disperindag Kota Ternate: Tidak Benar
Selanjutnya cara keempat, yakni menebak-nebak kata kunci korban. Cara ini bisa dilakukan secara manual atau lewat alat yang dibuat khusus.
Korban dari teknik ini adalah orang-orang yang kata kuncinya lemah sehingga rentan untuk diretas. "Olehnya anda harus hati-hati dalam memilih kata kunci agar aman dan tidak mudah ditebak," sarannya.
Baca Juga: Jangan Asal Diet, Ini Tips Mengatur Pola Makan
Pelaku juga bisa mendapatkan data korban lewat beberapa cara, seperti open source intelligence (OSINT) di mana mereka mencari data lewat sumber-sumber yang ada di Internet, termasuk media sosial.
Data pribadi juga bisa didapatkan pelaku bila data korban ada dalam database yang bocor. Jika data Anda termasuk data yang bocor, akan lebih memudahkan pelaku untuk melakukan penipuan. “Kalau dulu mereka random saja menelepon, hanya ganti-ganti nomor telepon paling belakang,” katanya.
Baca Juga: Kisah Inspiratif 3 Pemuda Kreatif yang Mendunia
Kasus-kasus penipuan bisa terjadi lewat berbagai medium, seperti via telepon lewat modus “Mama minta pulsa”, kemudian via percakapan WhatsApp, lewat Twitter yang bisa terjadi ketika pengguna yang mengajukan keluhan kepada customer service sebuah institusi mendapat balasan dari akun yang mirip seperti customer service serta lewat Instagram.
Teguh pun mengingatkan para pengguna untuk semakin sadar pentingnya menjaga data pribadi agar tidak terjebak menjadi korban penipuan siber.***