Hilangkan Nama Soeharto, Sejarahwan Perumus Keppres SU 1 Maret: Sudah Benar

- 6 Maret 2022, 01:51 WIB
Sejarahrawan perumus Keppres SU 1 Maret Sri Mergana
Sejarahrawan perumus Keppres SU 1 Maret Sri Mergana /Tangkapan Layar Youtube Kemendikbud/

SUARA TERNATE - Sejarah Serangan Umum (SU) 1 Maret 1949 menjadi polemik setelah pemerintah menerbitkan Keppres No 2 Tahun 2022 tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara

Dalam Keppres itu, tidak disebutkan peran Soeharto dalam SU 1 Maret. Inilah yang memiu pro kontra. Banyak yang menganggap pemerintah berusaha membelokkan sejarah.

Namun, anggapan ini ditolak Sri Margana, sejarahwan yang ikut merumuskan dan menyusun naskah akademik Keppres SU 1 Maret.

Baca Juga: Begini Kesaksian Nelson Sarira, Satu-Satunya Karyawan PTT yang Selamat dari Pembantaian KKB Papua

Dia menyatakan, sudah benar nama Soeharto tidak masuk dalam Keppres tersebut. “Pak Mahfud Md sudah benar (tidak mencantumkan nama Soeharto di Keppres),” katanya

Namun, lanjut Sri Margaa, tidak berarti menafikan sama sekali peran Soeharto dalam peristiwa SU 1 Maret 1949 tersebut.

Dia menjelaskan, ada ribuan pelaku sejarah dalam peristiwa SU 1 Maret 1949 itu. Ratusan pemimpinnya tercatat dalam naskah akademik ini. Termasuk Soeharto.

Baca Juga: Bawa Jenazah Eks Anggota DPRD, Ambulans Diseduruk Truk Tangki, Sang Adik Ikut Tewas, Anak Kritis di RS

“Tidak ada satu tokoh pun dalam sejarah yang memiliki peran penting dalam peristiwa-peristiwa itu yang dihapuskan, termasuk Letkol Soeharto yang ditunjuk memimpin Serangan Umum di pusat kota," katanya

"Naskah ini justru menempatkan tokoh-tokoh penting yang dalam historiografi di masa lalu dihilangkan atau direduksi perannya,” lanjutnya.

Meski nama Soeharto tak disebutkan dalam Keppres, tapi mantan Presiden RI itu ada dalam naskah akademik. Bahkan, nama Soeharto disebut sampai 48 kali .

Baca Juga: Praktisi Hukum Gugat Menag Yaqut ke Pengadilan, Isi Tuntutannya Wajib Beri Makan 1.000 Anak Yatim

Naskah akademik SU 1 Maret 1949 itu disusun Pemprov DIY dengan sejumlah ahli termasuk didalamnya Sri Margana.

Dilansir dari berbagai sumber, Sri Margana merupakan dosen Departemen Sejarah FIB UGM sejak 2017. Sejarahwan bernama lengkap Prof Dr. Sri Margana, M.Hum, M.Phil itu Lulusan Doktor Leiden University tahun 2007.

Dan merupakan Adjunct Professor /Van Leur Chair’s holder on The Early Modern History of Indonesia, Faculty of Humanities, Leiden University sejak 2019.

Baca Juga: Grebek 5 Kamar Sebuah Losmen, Satpol PP Ternate Temukan 7 Pasangan ABG Sedang...

Saat ini, Sri Margana merupakan ketua Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, sejak 2021 hingga sekarang dan Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Yogyakarta.

Karya-karyanya antara lain, yaitu Pujangga Jawa dan Bayang Bayang Kolonial (2001), Kraton Surakarta dan Yogyakarta (2021), Ujung Timur Jawa, Perebutan Hegemoni Blambangan (2014), Hamengkubuwana VII dan Kedaton Ambarrukmo (2017), Gelora di Tanah Raja (2018), dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Lakukan Pelayaran Perdana Kemarin, Ini Isi Kapal Pesiar Terbesar di Dunia

Pada 2020 lalu, Sri Margana sempat membuat pernyataan seputar film G30S/PKI. Dia mengatakan, masyarakat sudah cerdas menyikapi pro dan kontra dari film G30S/PKI.

Saat itu, Margana justru menyarankan kalangan milenial menonton film G30S/PKI karena sama sekali belum pernah melihat film yang kerap dikritik mengandung sejumlah kebohongan dan propaganda ini.

Baca Juga: Intelijen Rusia 3 Kali Selamatkan Presiden Ukraina dari Upaya Pembunuhan

Dengan menonton film tersebut, menurut dia, masyarakat dapat belajar mengapa terdapat pro dan kontra terhadapnya. “Saya sarankan yang belum pernah nonton supaya menonton sebagai pengetahuan, menambah referensi cara berpikir sebelum bersikap,” kata dia.

Namun, Margana memberi catatan. Ada cacat fakta dalam film G30S/PKI yang dibuat di era Presiden Soeharto tersebut. Salah satunya terkait penyiksaan para jenderal sebelum dibuang ke Lubang Buaya. Menurutnya, adegan itu hanya didramatisasi oleh pembuat film tersebut.***

Editor: Purwanto Ngatmo

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah