Liga Minimalis

- 27 Agustus 2021, 12:19 WIB
M. Asghar Saleh
M. Asghar Saleh /Dok. Pribadi./Dok Pribadi

Ini baru urusan fisik dan taktikal semata.

Bayangkan jika jadwal sudah ditentukan. Hari H sudah diketahui. Tim fokus dengan segala persiapan, tetiba batal semuanya karena force major. Parahnya lagi, tak ada kepastian dan itu terjadi setahun lalu.

Fokus tim akan hilang. Sepak bola juga butuh sentuhan psikologis. Pemain akan kehilangan sentuhan dan naluri. Tim tak lagi punya chemistry.

Karena itu, liga yang saya sebut minimalis tahun ini karena banyak kekurangan dan masih dihantui "kegagalan" membuat beberapa tim terkesan pasrah.

Keterpurukan ekonomi merumitkan bursa transfer. Tim-tim yang minim sponsor hanya berpartisipasi seadanya. Menang disyukuri, kalah jadi biasa. Kita tak akan melihat "gairah bermain" dan pertarungan harga diri selama kompetisi minimalis ini.

Baca Juga: Mengenang Debut Messi Saat Berseragam Barcelona Sebelum Gabung PSG

Apalagi tim-tim itu bermain jauh dari riuhnya tabuhan genderang dan teriakan suporternya.

Menurut saya, akan sangat aneh misalnya jika Persib gagal juara musim ini. Tim ini dibangun sebelum pandemi dengan ambisi juara. Sponsornya juga bejibun. Pelatih dan pemain di atas rata-rata kaulitasnya.

Saingan Persib akan datang dari musuh bebuyutan sejak kompetisi perserikatan dulu: Persebaya dan Persija. Dua tim ini banyak mengakomodasi pemain muda tetapi labelnya adalah pemain Tim Nasional.

Di luar tiga tim ini, ancaman juga datang dari Bali United yang tak kalah mewah materinya. Jangan lupakan status juara bertahan yang disandang Laskar Tridadu. Dari Kalimantan, Borneo FC sangat layak dihitung. Banyak bintang muda yang berkolaborasi dengan seniornya semisal Boaz Salossa.

Halaman:

Editor: Purwanto Ngatmo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x