Liga Minimalis

- 27 Agustus 2021, 12:19 WIB
M. Asghar Saleh
M. Asghar Saleh /Dok. Pribadi./Dok Pribadi

 

Asghar Saleh / Direktur LSM Rorano

SUARA TERNATE - Tertunda lebih dari setahun, Liga 1 yang jadi kasta tertinggi kompetisi sepak bola tanah air akan bergulir lagi.

Gong pembukaan berlangsung malam nanti mempertemukan juara Liga 1 dua musim lalu, Bali United dan juara Liga 2 Persik Kediri.

Andai tak ada pandemi kepanjangan, pertemuan kedua tim pastilah menarik. Namun kondisi serba sulit yang tak pasti menjadikan partai pembuka akan berlangsung timpang.

Bali United lebih superior dibanding Persik yang selama ini memilih tertutup.

Baca Juga: Setelah Pratiwi Sudarmono, Kenapa Astronot Indonesia Tak Pernah Lagi Ikut Misi Ruang Angkasa?

Liga 1 tahun ini ibarat hanya "menggugurkan" kewajiban dari otoritas sepak bola nasional.

Molornya jadwal yang diulang-ulang sejatinya menunjukan kecilnya nilai tawar PSSI di mata pemerintah. Izin tak didapat dan klub serba sulit.

Jika alasan pandemi, memang semua liga sepak bola dunia sempat terhenti. Kompetisi sepak bola Eropa menghilang selama tiga bulan. Piala Eropa juga ditunda setahun.

Tapi setelah itu, liga berjalan dengan syarat ketat dan tanpa penonton.

Yang paling dekat dengan kita semisal Malaysia, Thailand dan Vietnam yang sama sama kolaps karena pandemi, kompetisinya kelar tahun lalu.

Tak ada masalah berarti. Kita beruntung karena di situasi sulit, tak ada klub yang bubar di tengah jalan. Problem finansial hanya menyisakan beberapa klub yang masih berhutang gaji kepada pemainnnya.

Kecilnya "nilai tawar" PSSI masih terlihat saat ijin Liga 1 diberikan. PSSI tak dipercaya penuh. Hanya ada tiga pertandingan di hari pertama. Jadwal lengkap dan sistim kompetisi belum berani dipublikasi.

Baca Juga: 54 Atlit Malut Lolos PON Papua 2021 Saat Ini Jalani Training Canter

Jika tiga partai di hari pertama ini gagal memenuhi ketentuan pemerintah berkaitan dengan pandemi, maka sangat mungkin kompetisi akan dihentikan sementara.

Sekali lagi bandingkan dengan liga-liga lain yang telah jelas jadwal dan formatnya.

Pada titik ini, sepak bola Indonesia sedang diuji. Agar ujian itu tuntas dilalui dengan selamat, tiga partai di hari pertama kompetisi harus benar-benar sesuai prosedur kesehatan.

Tim yang didalamnya ada ofisial, pelatih dan pemain harus steril. Dan yang paling penting, suporter harus menahan diri agar tidak ke stadion.

Perkara membatasi suporter ini terbilang tidak rumit karena kompetisi hanya digelar secara terpusat di lima daerah di Jawa maka penanganan akan sedikit mudah.

Tim besar di luar pulau Jawa seperti Bali United, PSM, Persipura dan tim-tim dari Kalimantan akan bermain tanpa dukungan suporter. Tapi bagaimana jika Persija, Persib atau Persebaya yang akan bermain di laga kandang?

Baca Juga: Bayi Matahari Berusia 600 Juta Tahun Ditemukan

Agar adil, saya lebih suka seluruh pertandingan liga tahun ini disiarkan secara gratis agar suporter bisa berdiam di rumah.

Kembali ke kompetisi, karena lebih dari setahun berhenti, maka agak sulit memprediksi siapa yang akan jadi juara seandainya kompetisi ini bisa tuntas diselenggarakan tanpa alasan force major.

Sepak bola adalah permainan kolektif yang butuh banyak sekali persiapan dan dukungan.

Idealnya, usai satu musim, klub akan lakukan evaluasi. Menentukan target kompetisi tahun berikutnya. Pelatih dievaluasi. Pemain ada yang dibuang ada yang didatangkan.

Sponsorship dirayu dengan banyak cara agar mau menggelontorkan dana, stadion termasuk kualitas rumput diperbaiki. Banyak sekali urusannya. Sebagian besar jadi urusan wajib manajemen tim.

Jika pelatih dan pemain sudah deal, persiapan dimulai dengan latihan fisik. Jeda yang lama akan membuat persiapan fisik pemain butuh waktu yang juga lama. Lalu, ada aspek taktikal. Ujicoba sana sini.

Baca Juga: Maudy Ayunda Kisahkan Pengalaman Kuliah di Oxford dan Stanford

Setiap pelatih dan stafnya punya jadwal. Latihan diatur agar pemain siap untuk bertanding pada hari H. Ujicoba juga demikian. Kadang di fase awal menghadapi tim kuat lalu trendnya menurun dengan meladeni tim yang levelnya di bawah agar fisik dan kepercayaan diri pemain terjaga.

Ini baru urusan fisik dan taktikal semata.

Bayangkan jika jadwal sudah ditentukan. Hari H sudah diketahui. Tim fokus dengan segala persiapan, tetiba batal semuanya karena force major. Parahnya lagi, tak ada kepastian dan itu terjadi setahun lalu.

Fokus tim akan hilang. Sepak bola juga butuh sentuhan psikologis. Pemain akan kehilangan sentuhan dan naluri. Tim tak lagi punya chemistry.

Karena itu, liga yang saya sebut minimalis tahun ini karena banyak kekurangan dan masih dihantui "kegagalan" membuat beberapa tim terkesan pasrah.

Keterpurukan ekonomi merumitkan bursa transfer. Tim-tim yang minim sponsor hanya berpartisipasi seadanya. Menang disyukuri, kalah jadi biasa. Kita tak akan melihat "gairah bermain" dan pertarungan harga diri selama kompetisi minimalis ini.

Baca Juga: Mengenang Debut Messi Saat Berseragam Barcelona Sebelum Gabung PSG

Apalagi tim-tim itu bermain jauh dari riuhnya tabuhan genderang dan teriakan suporternya.

Menurut saya, akan sangat aneh misalnya jika Persib gagal juara musim ini. Tim ini dibangun sebelum pandemi dengan ambisi juara. Sponsornya juga bejibun. Pelatih dan pemain di atas rata-rata kaulitasnya.

Saingan Persib akan datang dari musuh bebuyutan sejak kompetisi perserikatan dulu: Persebaya dan Persija. Dua tim ini banyak mengakomodasi pemain muda tetapi labelnya adalah pemain Tim Nasional.

Di luar tiga tim ini, ancaman juga datang dari Bali United yang tak kalah mewah materinya. Jangan lupakan status juara bertahan yang disandang Laskar Tridadu. Dari Kalimantan, Borneo FC sangat layak dihitung. Banyak bintang muda yang berkolaborasi dengan seniornya semisal Boaz Salossa.

Di timur, ancaman laten datang dari PSM Makassar dan Persipura Jayapura. Dua tim ini pernah juara dan terbiasa bermain dalam kompetisi yang panjang. Mereka juga punya banyak produk lokal usia muda yang selalu bermunculan setiap musim kompetisi.

Hanya ada satu syarat jika Indonesia punya juara Liga musim ini yakni kompetisi harus selesai apapun resikonya. Apakah PSSI bisa memberi jaminan?.***

 

Editor: Purwanto Ngatmo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x