Tinggalan Megalitik di Moti, Tidore, dan Halmahera Berkaitan dengan Konsep Pemujaan Leluhur

- 26 Oktober 2021, 19:56 WIB
Altar batu di kampung adat Gurabunga, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan yang terdata oleh Balai Arkeologi Maluku. Altar batu ini merupakan salah satu tinggalan berciri megalitik di Provinsi Maluku Utara.
Altar batu di kampung adat Gurabunga, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan yang terdata oleh Balai Arkeologi Maluku. Altar batu ini merupakan salah satu tinggalan berciri megalitik di Provinsi Maluku Utara. /ANTARA/HO-Balai Arkeologi Maluku/

Lebih lanjut dikatakannya, Maluku Utara merupakan wilayah kepulauan yang tergolong dalam zona Wallacea. Provinsi itu dan wilayah kepulauan sekitarnya yang lebih kecil telah memainkan peranan penting dalam sejarah Nusantara dan global sejak zaman prasejarah hingga jaman munculnya kerajaan modern.

Pulau Halmahera, ujar Marlyn, sangat potensial sebagai rute dan jembatan budaya megalitik Nusantara dan Asia Tenggara.

Karena itu, ia bersama lima arkeolog lainnya dari Balai Arkeologi Maluku, yakni Lucas Wattimena, Karyamantha Surbakti, Muhammad Al Mujabhuddawat, Irfan Ahmad dan Godlief Arsthen Peseletehaha pada 2020 meneliti berbagai tinggalan megalitik di Provinsi Maluku Utara.

Riset saat pandemi COVID-19 tersebut dilakukan dengan metode studi pustaka, mempelajari laporan penelitian Balai Arkeologi Maluku, buku, naskah dan sejumlah publikasi ilmiah, seperti jurnal, buletin dan lainnya, kemudian studi kartografi dan diskusi grup terfokus.

"Sebagai kawasan kepulauan strategis dengan sumber daya alam dan etnografi yang luar biasa, sudah sepatutnya kita mendapatkan informasi masa lalu dari kawasan ini," katanya.***

Halaman:

Editor: Ghazali Hasan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah