SUARA TERNATE - Tingginya angka stunting di Provinsi Maluku Utara (Malut) ternyata salah satu penyebabnya adalah rendahnya asupan makanan bergizi.
Padahal, Maluku Utara memiliki kekayaan alam yang begitu melimpah, bahkan satu-satunya provinsi yang mencatatkan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi.
Namun, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2019, Maluku Utara termasuk salah satu dari empat provinsi yang sepertiga hingga setengah populasi penduduknya tidak terjangkau makanan bergizi. Tiga provinsi lainnya yakni Nusa Tenggara Timur, Papua Barat dan Maluku
Baca Juga: KPK Usul Aparatur Desa yang Kembalikan Uang Korupsi Kecil Tak Perlu Diadili
Bahkan, hasil analisis Fill the Nutrient Gap (FNG) yang baru saja dirilis menunjukkan setidaknya satu dari delapan orang Indonesia tidak mampu membeli makanan yang memenuhi kebutuhan gizi mereka.
Situasi ini tidak hanya didorong oleh kurangnya pendapatan di antara sebagian besar rumah tangga, tetapi juga oleh tingginya harga pangan di wilayah tersebut.
Baca Juga: Gedung Cyber Terbakar, Dua Orang Tewas, Satu Luka-Luka
Analisis FNG menemukan bahwa makanan beragam yang terdiri atas sayur-sayuran, buah-buahan, dan sumber protein yang memenuhi kebutuhan gizi makro dan mikro keluarga hampir tiga kali lipat lebih mahal dibandingkan makanan pokok yang hanya memenuhi kebutuhan energi.
Analisis FNG dilakukan oleh World Food Programme (WFP), bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dan Kementerian Kesehatan Indonesia.