Dampak Kenaikan Suku Bunga BI Jadi 5,75 Persen, Siap-siap Biaya KPR hingga Pinjaman Usaha Terancam Membengkak

- 20 Januari 2023, 07:53 WIB
Ilustrasi suku bunga acuan BI naik jadi 5,75 persen.
Ilustrasi suku bunga acuan BI naik jadi 5,75 persen. /Pixabay/PublicDomainPictures/

SUARA TERNATE - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/BI 7DRR) atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen.

Sementara itu, tingkat suku bunga ­deposit facility dan bunga lending ­facility masing-masing masing 5 persen dan 6,5 persen.

"Keputusan kenaikan suku bunga acuan yang lebih terukur ini merupakan langkah lanjutan secara front loaded, preemptive, forward looking, dalam memastikan terus berlanjutnya penurun­an ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan," ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konpers di Jakarta, Kamis, 19 Januari 2023.

Baca Juga: Dipatok Seharga Rp6 Miliar, Rumah Tersepi di Dunia di Pulau Kecil Akhirnya Laku Terjual

Perry memastikan, kenaikan BI 7DRR sebesar 225 basis poin secara akumulatif sejak awal kenaikannya pada Agustus 2022 hingga menjadi 5,75 persen tetap memadai untuk memastikan inflasi tetap berada di kisaran 3 plus minus 1 persen pada semester I 2023 dan inflasi indeks harga konsumen (IHK) untuk kembali ke dalam sasaran 3 plus minus 1 persen pada semester II 2023.

Perry memproyeksi pertumbuhan eko­nomi global tahun ini menjadi 2,3 persen (yoy). Proyeksi ini tercatat turun 0,3 poin dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 2,6 persen (yoy). Penurunan proyeksi ini imbas gejolak global yang masih terjadi di tahun ini serta ada­nya potensi resesi di sejumlah negara maju.

Secara keseluruhan BI menurunkan proyeksi ekonomi dunia tahun 2023 menjadi 2,3 persen (yoy) dari perkiraan sebelumnya 2,6 persen (yoy). Tekanan inflasi global indikasi ber­kurang sejalan melambatnya pertumbuhan ekonomi global meski tetap di level tinggi seiring naiknya harga energi dan pangan global," ujarnya.

Berdasarkan pengamatan terkini BI, kondisi ekonomi global tahun ini semakin me­lambat dari perkiraan sebe­lumnya. Hal ini akibat fragmentasi politik dan eko­no­mi yang belum usai di tatanan global serta adanya pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju.

Kondisi ini pun berdampak pada peningkatan potensi resesi di AS dan Eropa.

Halaman:

Editor: Ahmad Zamzami

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x