Tingkat Harapan Hidup dan Perasaan Bahagia Lansia Malah Meningkat Saat Pandemi COVID-19

- 10 Oktober 2022, 21:00 WIB
Ilustrasi - Lansia bahagia. (Pexels)
Ilustrasi - Lansia bahagia. (Pexels) /

SUARA TERNATE - Pandemi COVID-19 dikhawatirkan tidak hanya mengganggu kesehatan fisik, tetapi juga mempengaruhi kesehatan mental kelompok lanjut usia (lansia).

Namun, survei pada sebagian besar penduduk dunia dan beberapa daerah di Indonesia menunjukkan kondisi kesehatan lansia tidak terkena dampak terlalu besar.

Tingkat harapan hidup dan perasaan bahagia lansia malah meningkat semasa pandemi COVID-19.

Lansia yang tinggal bersama anak dan cucunya pada masa pandemi cenderung memiliki tingkat harapan hidup lebih besar dibandingkan sebelum pandemi. Meski demikian, perlu riset lebih lanjut untuk membuat kebijakan penanganan krisis pandemi ke depannya.

Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas Maliki mengatakan perubahan kesehatan mental lansia akibat COVID-19 tidak terlalu signifikan.

Mneurut dia justru penduduk usia muda berusia 18–34 tahun yang mengalami stres di mana pengaruhnya cukup moderat. Sementara lansia 65 tahun ke atas lebih rendah.

"Namun kita akan mencoba melihat dari sisi kebijakan yang bisa kita tetapkan untuk menangani hal-hal seperti ini,” ujar Maliki pada Webinar The Well-Being of Older People During the Covid-19 Pandemic in Indonesia, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Puji Ketahanan Hadapi Kesulitan di Dunia yang Cepat Berubah, PBB Minta Diskriminasi Terhadap Lansia Diakhiri

Tingkat kesehatan mental lansia di Indonesia juga bergantung dengan siapa lansia tinggal.

“Adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa kota membuat terjadinya social distancing. Yang menarik ternyata untuk orang tua, social distancing itu bagian normal, di mana banyak orang tua yang tidak memiliki visitor, tidak ada pengharapan lain,” kata Maliki.

Sebanyak 12 persen lansia perempuan tinggal bersama pasangan. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan 27 persen lansia laki-laki.

Selain itu, 16,2 persen lansia perempuan tinggal sendiri jauh lebih tinggi dibandingkan lansia laki-laki sebanyak 5,7 persen.

Kelompok itu mengkhawatirkan apabila dibanding kelompok yang tinggal bersama pasangan atau dengan anggota keluarga lainnya.

Baca Juga: Usia Tak Jadi Halangan, Lansia Ini Raih Gelar Sarjana di Usia 82 Tahun

Dari hasil riset, 9,7 persen penduduk lansia yang tidak puas dengan hidupnya mayoritas laki-laki. Angka ini sedikit meningkat dibandingkan sebelum pandemi.

Sebaliknya, 27 persen lansia yang merasa bosan selama pandemi adalah mayoritas perempuan. Tingkat kebosanan berbeda tergantung dengan siapa para lansia tersebut tinggal.

“Yang tinggal dengan anak-anak lebih banyak penurunan kebosanan dibandingkan dengan yang tinggal dengan pasangan,” katanya.

Maliki menambahkan perlu analisis lebih lanjut dalam membuat kebijakan terkait kesehatan lansia.

Pengumpulan data dengan dukungan komunitas dan teknologi yang mempererat komunikasi dengan keluarga diperlukan untuk meningkatkan kesehatan lansia.***

 

Editor: Ahmad Zamzami

Sumber: Bappenas


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah