Yuk Sadari Gejala Neuropati Sejak Dini Guna Cegah Kerusakan Saraf

22 Juni 2022, 10:11 WIB
Mengenal Neuropati, Penyakit yang Sebabkan Depresi, ini Penyebab, Gejala dan Pengobatannya / pexels/Andrea Piacquadio

SUARA TERNATE - Penyebab neuropati bisa beragam, mulai dari cedera hingga penyakit tertentu, seperti diabetes. Gangguan ini juga bisa terjadi sejak lahir. Oleh sebab itu, pengobatan untuk neuropati juga akan disesuaikan dengan penyebabnya.

Neuropati biasa dipahami sebagai gejala atau gangguan atau penyakit pada saraf di tubuh. Gejala yang muncul bisa berupa nyeri, kesemutan, kram otot, hingga susah buang air kecil.

Ketua Pokdi Neuro Fisiologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K) mengatakan diagnosis neuropati sedini mungkin dapat mencegah kerusakan saraf yang irreversible atau tidak dapat diubah.

Baca Juga: Cegah Stunting, Kenali tips MPASI yang Benar untuk Anak

“Serabut saraf bisa melakukan regenerasi jika didiagnosis lebih awal atau lebih dini," ujar Manfaluthy saat konferensi pers virtual pada Selasa., 21 Juni 2022.

Manfaluthy mengatakan bila diagnosis dilakukan terlambat, ditakutkan akan ada satu titik kerusakan serabut saraf lebih dari 50 persen yang disebut sebagai "point of no return" atau tidak bisa kembali normal lagi.

"Maka pasien tersebut akan menjalankan sisa hidupnya dengan neuropati,” kata Manfaluthy.

Baca Juga: Begini Penjelasan Pakar Kenapa Wanita Lebih Rentan Alami Osteoporosis

Manfaluthy mengatakan banyak pasien neuropati baru akan datang dan terdata di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) pada tahapan atau stadium lebih lanjut.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di International Journal Endocrinology pada 2019, sebanyak 55 persen pasien neuropati datang ke faskes dalam keadaan yang berat. Hanya 19 persen sampai 26 persen yang memeriksakan diri dalam keadaan ringan sampai sedang.

“Tentunya ini akan menjadi masalah karena neuropati semakin berat semakin sulit untuk diatasi,” ujar Manfaluthy.

Baca Juga: Ini Alasan Jangan Tunda Periksa Masalah Gigi ke Dokter Secara Rutin

Lebih lanjut, Manfaluthy menyebutkan jika neuropati pada tahap awal bisa diobati. Menurut data penelitian yang ia himpun, pemberian vitamin neurotropik pada pasien selama 12 minggu menunjukkan penurunan angka total symptom score (TSS) yang progresif dan signifikan.

“Neuropati itu bisa dicegah dan diobati bila masih stadium awal sampai sedang. Bagaimana dengan mencegahnya? Yaitu dengan istirahat yang cukup, gizi seimbang, dan olahraga secara teratur,” kata Manfaluthy.

Ia menekankan penting bagi masyarakat untuk mengenali gejala-gejala neuropati sehingga dapat melakukan pencegahan sejak dini mengingat gejala penyakit ini tidak hanya ditemukan pada kelompok lanjut usia melainkan juga kelompok usia muda.

Baca Juga: Cara Bijak Terhindar dari Penyakit Musiman Setelah Lebaran

Adapun sejumlah gejala neuropati antara lain kesemutan, kram, rasa terbakar, kaku-kaku, kulit kering atau mengkilap, dan mati rasa. Apabila gejala kesemutan mulai cenderung terjadi secara terus-menerus dan intensitasnya meningkat, Manfaluthy menganjurkan agar pasien segera datang memeriksakan diri ke dokter.

Kesemutan yang normal, kata Manfaluthy, biasanya terjadi saat bagian tubuh menekuk dan segera hilang jika beberapa waktu kemudian. Namun kesemutan pada neuropati tidak dipengaruhi posisi tubuh yang menekuk serta berlangsung secara lama dan berulang ulang.

Neuropati menimbulkan berbagai dampak pada penderita mulai dari luka atau mudah terluka, penurunan berat badan, penurunan kekuatan motorik, penurunan sensasi rasa sehingga mudah terluka, impotensi, serta depresi yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan kualitas hidup dan produktivitas.

Baca Juga: Begini Imbauan Dokter IDI dan IDAI Agar Anak Tidak Tertular Hepatitis Akut

"Terdapat banyak penyebab timbulnya neuropati, seperti adanya kekurangan vitamin B serta penyakit diabetes dan penyakit-penyakit lain. Neuropati juga dapat terjadi akibat cedera dari aktivitas rutin sehari-hari," jelas Manfaluthy.

Lebih lanjut dia juga mengatakan bahwa semua orang berisiko terkena neuropati, namun terdapat pula orang-orang dengan risiko paling tinggi yaitu pada kelompok lanjut usia, penderita diabetes, riwayat neuropati di keluarga, hipertensi, perokok, pengonsumsi alkohol dan orang yang mengonsumsi obat-obatan tertentu yang menyebabkan neuropati.***

Editor: Ahmad Zamzami

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler