Penderita Diabetes Disarankan untuk Lakukan Tes Pendengaran

18 November 2022, 21:01 WIB
Ilustrasi - Waspadai bahaya penyakit diabetes.(Pixabay/peter-facebook) /

SUARA TERNATE - Sebuah studi menemukan hubungan kuat dan konsisten antara gangguan pendengaran dan diabetes. Studi yang didanai National Institutes of Health (NIH) itu menunjukkan gangguan pendengaran dua kali lebih tinggi diderita penderita diabetes lanjut usia (lansia) dibanding mereka yang tidak memiliki riwayat penyakit itu.

“Gangguan pendengaran mungkin merupakan komplikasi diabetes yang kurang dikenali. Penyakit ini dapat menjadi kontributor yang lebih signifikan terhadap gangguan pendengaran,” ujar penulis senior Catherine Cowie, Ph.D., dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK).

Dia menyarankan penderita diabetes mempertimbangkan untuk melakukan tes pendengaran.

Para peneliti menemukan menganalisis hasil tes pendengaran orang dewasa yang representatif secara nasional di Amerika Serikat. Tes itu untuk mengukur kemampuan peserta dalam mendengar suara frekuensi rendah, sedang dan tinggi di kedua telinga.

Hasil tes menunjukkan tingkat gangguan pendengaran pada penderita diabetes lebih tinggi.

Hubungan antara diabetes dan gangguan pendengaran terlihat jelas di semua frekuensi, dengan hubungan lebih kuat dalam rentang frekuensi tinggi.

Orang dewasa pradiabetes dengan glukosa darah lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk diagnosis diabetes, memiliki tingkat gangguan pendengaran 30 persen lebih tinggi dibanding mereka dengan gula darah normal.

Para peneliti menganalisis data dari tes pendengaran kepada peserta Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES/National Health and Nutrition Examination Survey) dari 1999-2004.\

Baca Juga: Harga Pangan di Maluku Utara Hari Ini: Harga Gula Pasir di Kota Ternate Rp12.500, Beras Rp13.350 per Kg

Survei dilakukan Pusat Statistik Kesehatan Nasional, bagian dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Setengah dari 11.405 peserta survei berusia 20-69 tahun secara acak untuk tes pendengaran. Hampir 90 persen peserta mampu menyelesaikan ujian pendengaran dan kuesioner diabetes.

Tes pendengaran, yang disebut audiometri nada murni, mengukur sensitivitas pendengaran di berbagai frekuensi suara.

Selain itu, peserta menjawab pertanyaan tentang gangguan pendengaran dalam kuesioner. Pertanyaan dalam kuesioner antara lain apakah mereka mengalami sedikit gangguan pendengaran, banyak gangguan pendengaran, atau tuli.

Selain itu, 2.259 peserta yang menjalani tes pendengaran secara acak diuji glukosa darahnya setelah puasa semalam.

Studi AS sebelumnya yang meneliti diabetes dan gangguan pendengaran menemukan hubungan lebih lemah atau tidak ada hubungan sama sekali.

Ahli epidemiologi di NIDCD,Howard Hoffman mengatakan studi ini didasarkan pada sampel lebih kecil dari orang dewasa yang lebih tua dan tidak mewakili secara nasional.

"Hubungan antara diabetes dengan gangguan pendengaran telah diperdebatkan sejak tahun 1960-an atau sebelum itu, dan hasil kami menunjukkan ada hubungan bahkan ketika kami memperhitungkan faktor utama yang diketahui mempengaruhi pendengaran, seperti usia, ras, etnis, tingkat pendapatan, kebisingan. paparan, dan penggunaan obat-obatan tertentu," kata Kathleen Bainbridge, Ph.D., dari Social & Scientific Systems, Inc.

Para peneliti menyebut diabetes dapat menyebabkan gangguan pendengaran dengan merusak saraf dan pembuluh darah telinga bagian dalam. Studi otopsi pasien diabetes telah menunjukkan bukti kerusakan itu.***

Editor: Ahmad Zamzami

Tags

Terkini

Terpopuler