Kenali Gangguan Mental Lewat 'It’s Okay Not To Be Okay', Akumulasi Faktor Biologis, Psikologis dan Sosial

- 6 November 2021, 16:03 WIB
Drama Korea It’s Okay Not to be Okay. /Netflix
Drama Korea It’s Okay Not to be Okay. /Netflix //Rizqi Arie/

SUARA TERNATE - Penyebaran gelombang Korea (Korean wave) menjadi sangat cepat dan masif sejak masyarakat dunia harus beraktivitas dari rumah dan melakukan pembatasan sosial dalam skala besar.

Mereka yang sebelumnya tidak tahu menahu mengenai Korea, kini mulai tertarik bahkan mengikuti berbagai hal yang berhubungan dengan Negeri Ginseng tersebut.

Berikut sederet perbincangan paling popular seputar K-Drama:

Baca Juga: Meski Tabu di Korea Selatan Namun Jamak Perselingkuhan di 'The World of The Married'

Seolah memahami pengaruh pandemi terhadap kondisi psikologis individu, produser Park Sin-Woo dan penulis naskah Jo-yong menghadirkan “It’s okay Not To Be Okay” yang mengemas isu kesehatan jiwa lewat drama korea pada 20 Juni 2020 silam.

Dibintangi oleh Kim Soo-hyun sebagai Moon Kang-tae, Seo Ye-ji sebagai Ko Moon-young dan Oh Jung-se sebagai Moon Sang-tae, adu peran ketiganya mengeksplorasi beberapa kondisi psikologis seseorang tatkala mengalami gangguan kejiwaan karena serangkaian sebab akibat.

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau gangguan stress pascatrauma menjadi kondisi psikologis paling mencolok dalam “It’s okay Not To Be Okay”. Kondisi psikologis ini dialami oleh Moon Sang-tae yang juga mengidap autisme.

Baca Juga: Ini Serial Terbaru yang akan Diperankan Kim Ok Bin

Mengutip dari American Psychological Association, gangguan stress pascatrauma merupakan perubahan kondisi psikologis seseorang selepas mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis.

Halaman:

Editor: Ghazali Hasan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah