Soal Urban Heat Island, BMKG Ajak Generasi Muda Lakukan Aksi Mitigasi

- 29 Juni 2024, 08:38 WIB
Peserta hadiri workshop Urban Heat Island 2024 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Peserta hadiri workshop Urban Heat Island 2024 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) /BMKG/

SUARA TERNATE - Mengenai bahaya fenomena meningkatnya suhu pada wilayah perkotaan yang dikenal sebagai Urban Heat Island (UHI), oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita melalui Siaran Pers mengajak generasi muda untuk melakukan aksi mitigasi.

Adapun, yang dimaksud Urban Heat Island adalah fenomena alam berupa tingginya temperatur daerah perkotaan dibandingkan pedesaan.

"UHI ini harus kita mitigasi bersama. Perlu kesadaran dan aksi nyata untuk menghadapi UHI ini," tutur Dwikorita dalam gelaran Workshop Urban Heat Island 2024 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di Surabaya, dikutip pada website BMKG, Kamis, 28 Juni 2024.

Baca Juga: Catatkan Pertumbuhan yang Solid, Harita Nickel Bagikan Dividen Rp 1,6 Triliun

Peningkatan suhu terkait fenomena UHI, dijelaskan Dwikorita, di perkotaan bervariasi tergantung pada tutupan lahan. Selain itu, dia mengatakan bahwa fenomena ini dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya struktur geometris kota yang rumit, sedikitnya vegetasi, hingga efek rumah kaca. Bahkan, perubahan tutupan lahan menjadikan yang lahan terbangun memperparah terjadinya UHI.

Untuk itu, dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, disebutkan Dwikorita efek UHI relatif cukup kuat dirasakan. Lanjutnya, sejumlah kota besar di Indonesja seperti Jabodetabek, Medan, Surabaya, Makassar dan Bandung termasuk dalam 20% kota dengan nilai Land Surface Temperature (LST) terbesar.

Oleh karena itu, menurutnya, permukaan yang kedap air dan lebih sedikit vegetasi menambah efek dari UHI tersebut. Dia juga menjelaskan, Badan Meteorologi Dunia (WMO) baru saja menyatakan bahwa tahun 2023 tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang pengamatan instrumental.

Baca Juga: Ormas Keagamaan Kelola Izin Tambang, Muhammadiyah Tidak Menolak 

Anomali suhu rata-rata global mencapai 1,45 derajat Celcius di atas zaman pra industri. Angka ini, dikatakan Dwikorita, nyaris menyentuh batas yang disepakati dalam Paris Agreement tahun 2015 bahwa dunia harus menahan laju pemanasan global pada angka 1,5 derajat Celcius.

Lebih lanjut, dia menuturkan, pada tahun 2023, terjadi rekor suhu global harian baru dan terjadi bencana heat wave ekstrem yang melanda berbagai kawasan di Asia dan Eropa.

"Rekor iklim yang terjadi di tahun 2023 bukanlah kejadian acak atau kebetulan, melainkan tanda-tanda jelas dari pola yang lebih besar dan lebih mengkhawatirkan yaitu perubahan iklim yang semakin nyata. Maka dari itu, perlu langkah atau gerak bersama seluruh komponen masyarakat, tidak hanya pemerintah, namun juga sektor swasta, akademisi, media, LSM, dan lain sebagainya termasuk anak-anak muda," ucap Dwikorita.

Baca Juga: Respons Wapres Ma'ruf Amin soal Judi Online: Masyarakat Penjudi Itu Kan Malas, Tidak Kreatif

Dwikorita dalam kesempatan itu, juga menyampaikan secara rinci apa saja yang menjadi tugas dan kewenangan BMKG. Maka dijelaskannya bahwa tugas utama BMKG ialah melakukan monitoring secara sistematis dan berkesinambungan, agar analisis untuk prediksi dan proyeksi puluhan hingga seratus tahun ke depan dapat dihasilkan secara tepat.

"Tanpa data, analisis tidak dapat dilakukan. Kita membutuhkan data sebagai verifikasi atau asimilasi untuk membantu tugas BMKG dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Supaya tidak salah langkah, maka harus berbasis data, termasuk dalam memitigasi UHI ini," kata ia menegaskan.

Acara yang dilaksanakan itu, juga berlangsung dengan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara ITS dan BMKG untuk meningkatkan kerja sama bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian  kepada masyarakat.

Baca Juga: Kesulitan Air Bersih, Pemdes Falila di Morotai Berencana Bangun Sumur Bor 

Sementara, kerja sama ini diharapkan dapat memenuhi target BMKG untuk mencetak 500 doktor baru sebelum tahun 2030. Rencana ini menjadi bagian dari upaya transformasi BMKG menjadi institusi kelas dunia, dengan memberi pelayanan terbaik kepada seluruh masyarakat Indonesia dan berkontribusi positif bagi dunia.

Editor: Randi Ishab

Sumber: BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah