Bicara Sejarah Taliban, Said Aqil Siradj: Bermula dari Gerakan Intelektual

- 9 September 2021, 03:18 WIB
Mullah Abdul Ghani Baradar, wakil pemimpin dan perunding Taliban, dan anggota delegasi lainnya menghadiri konferensi perdamaian Afghanistan di Moskow, Rusia 18 Maret 2021.
Mullah Abdul Ghani Baradar, wakil pemimpin dan perunding Taliban, dan anggota delegasi lainnya menghadiri konferensi perdamaian Afghanistan di Moskow, Rusia 18 Maret 2021. /Alexander Zemlanichenko/Pool via REUTERS/

SUARA TERNATE - Taliban saat ini berkuasa di Afghanistan untuk kedua kalinya setelah Amerika Serikat (AS) menarik seluruh pasukannya yang telah beroperasi di sana selama 20 tahun.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj bercerita soal sejarah Taliban yang menurutnya bermula dari gerakan intelektual.

Kekuasaan Taliban bermula ketika mereka menguasai ibu kota Kabul dan Istana Kepresidenan pada 16 Agustus 2021.

Baca Juga: Bawa Ganja, Polisi Ringkus Salah Satu Mahasiswa di Ternate di Sebuah Gang

Said Aqil Siradj mengatakan, pada awal mula gerakan Taliban, AS bukan musuh melainkan pihak yang membantu.

Hal itu tidak lepas dari misi Taliban saat pertama kali dibentuk yakni jihad melawan Soviet.

Said Aqil Siradj berkata, AS membantu Taliban dengan cara memberikan pelatihan militer dalam melawan Soviet.

Taliban juga mendapatkan bantuan senjata dari Arab Saudi yang nilainya total mencapai 250 juta dolar AS.

Baca Juga: Tambah Dua Vaksin Baru Covid-19, BPOM Terbitkan Izin Penggunaan Darurat

Taliban berperang melawan Soviet selama 10 tahun dan menang. Setelahnya, Raja Saud mengimbau para pejuang perang menyudahi misi jihad dan pulang ke daerah masing-masing.

Namun, ada sejumlah pejuang yang tidak mematuhi imbauan tersebut di antaranya adalah Osama bin Laden dan Aiman adz-Dzawahiri.

Keduanya memutuskan melanjutkan jihad melawan pihak yang mereka anggap kafir yakni AS.

"Jadi Amerika yang dulu membantu, kini malah diserang," kata Said Aqil Siradj dikutip Pikiran-rakyat.com dari laman resmu Nahdlatul Ulama pada 7 September 2021.

Said Aqil Siradj menilai, Taliban gagal dalam mengharmonisasikan antara teologi dan budaya sehingga memiliki pemikiran radikal.

"Di sana (Taliban), perempuan keluar rumah saja tidak boleh. Jika ada perempuan keluar dengan wajah terbuka (tidak menutup aurat dalam madzhab mereka), sangsinya dilukai wajahnya dengan pisau," sebutnya.***

Editor: Ahmad Zamzami

Sumber: Pikiran Rakyat NU


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah