Kapan Smelter Feronikel di Halmahera Timur Beroperasi? Ini Jawaban PT Antam

3 Desember 2021, 19:55 WIB
Feronikel Milik PT Antam /ANTAM/

SUARA TERNATE - PT Aneka Tambang (Antam) kembali memberikan jawaban soal smelter feronikel di Halmahera Timur (Haltim), Maluku Utara yang hingga kini belum beroperasi.

Padahal, awalnya Antam menjanjikan smelter berkapasitas 13.500 ton ini bisa beroperasi pada 2019. Masalahnya hingga kini masih sama, yakni belum adanya pasokan listrik ke smelter.

Direktur Operasi dan Transformasi Bisnis PT Antam Risono Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VI DPR mengatakan, smelter feronikel di Halmahera Timur ini ditargetkan akan segera beroperasi pada September 2022.

Dia mengatakan progres pengembangan smelter feronikel Haltim kini sudah mencapai 98 persen. Kemudian sisanya 2 persen lagi menunggu pasokan listrik.

Baca Juga: Sepekan, 820 Penumpang Terjaring Razia Surat Vaksin di 4 Pelabuhan Kota Ternate

Menurut Risono, pasokan listrik untuk proyek dengan nilai investasi sebesar Rp4,04 triliun ini sudah dikomunikasikan dengan PT PLN.

Perusahaan listrik plat merah itu kata Risno akan merelokasi pembangkit listrik tenaga gas dari wilayah Sumatera Jakabaring 50 Mega Watt (MW) dan Batanghari 60 MW ke Haltim.

"Nanti smelter ini akan gunakan pembangkit listrik tenaga gas oleh PLN. Terakhir sudah diskusi bagaimana nanti pasokan gas ke Indonesia Timur," ungkapnya Kamis, 2 Desember 2021

Baca Juga: Hati-Hati dengan 4 Zodiak Ini Jika Tak Ingin Jadi Korban PHP

Risono menyebut, pasokan gas untuk pembangkit listrik smelter ini akan ditangani oleh PT PLN Gas & Geothermal. Diharapkan, relokasi ini akan berlangsung selama 12 bulan.

"Best effort diharapkan di bawah 12 bulan, di akhir 2022 smelter operasi, target kita September operasi. Makanya dari PLN akan lakukan upaya-upaya percepatan relokasi," jelasnya.

Baca Juga: Lowongan Kerja Ternate: PT SPIL Lagi Butuh Tenaga Administrasi

Pihaknya pun berusaha mempercepat pengoperasian smelter ini, sehingga tengah mengkaji opsi-opsi lainnya. Namun untuk sementara ini diputuskan bahwa pasokan listrik akan berasal dari relokasi pembangkit.

"Memang ada PLTG Indralaya ini akan dioptimalkan juga, di mana PLTG 75 MW dan relokasi paling lama perlu pondasi dulu. Perlu pekerja sipil paling lama 12 bulan best effort bisa 11 bulan. Demikian dari kementerian cari solusi bisa cepat 6-9 bulan," paparnya.

Baca Juga: Kaya Sumber Daya Alam, Tapi Separo Penduduk Maluku Utara Tak Mampu Beli Makanan Bergizi

Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin sempat mengatakan pada awal Oktober 2021 bahwa progres smelter feronikel Haltim sudah mencapai 97,7%. Proyek smelter ini menurutnya terkendala pasokan listrik, sehingga belum bisa beroperasi.

Soal pasokan listrik ini bahkan sampai membuat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir turun tangan dan meminta untuk lelang ulang pengadaan listrik untuk smelter tersebut.***

Editor: Purwanto Ngatmo

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler