Bahaya Gas Air Mata, Begini Cara Pertolongan Pertama Bagi yang Terpapar

- 2 Oktober 2022, 14:35 WIB
Foto Ilustrasi Penggunaan gas air mata. / tangkap layar Youtube
Foto Ilustrasi Penggunaan gas air mata. / tangkap layar Youtube /

SUARA TERNATE - Gas air mata yang meluncur di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu, 1 Oktober 2022 menimbulkan kepanikan. Suporter tunggang langgang. Mencari jalan keluar.

Tapi, desak-desakan yang terjadi justru menimbulkan korban. Tragedi Kanjuruhan. Data terakhir yang diterima Suara Ternate, 130 orang meninggal dunia.

Ketakutan terhadap gas air mata menjadi kewajaran. Rasa pedih jika terkena mata dan mencekik jika masuk ke tenggorokan sangat tak nyaman.

Baca Juga: Gas Air Mata, Tidak Hanya Serang Mata Tapi Juga Kulit dan Sistem Pernapasan

Lalu bagaimana pertolongan untuk yang terkena paparan gas air mata?

Dikutip dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, penanganan untuk paparan pada mata awalnya harus dihilangkan kontaminasinya terlebih dahulu. Membilas mata dengan air atau cairan garam (saline) selama 10-20 menit adalah perawatan awal yang paling sering direkomendasikan.

Pembilasan dengan saline normal untuk perbaikan gejala. Pembilasan dengan garam atau air selama 15-20 menit akan menjadi prosedur awal yang untuk setiap paparan chloroacetophenone yang disingkat dengan CN dan chlorobenzylidenemalononitrile atau yang disingkat CS.

Tetapi, bagi yang memakai lensa kontak harus dilepas sebelum dibilas.

Pertolongan untuk paparan saluran pernafasan, seharusnya membaik dengan penghentian paparan dan membawanya ke udara segar. Konsentrasi tinggi seperti paparan di ruang terbatas atau periode paparan yang lama dapat menyebabkan gejala pada pernafasan yang cukup signifikan.

Kegagalan pernapasan mungkin jarang terjadi namun, dapat terjadi akibat spasme laring yang menghambat jalan nafas sehingga ventilasi bantuan mungkin diperlukan.

Baca Juga: Gara-gara Gas Air Mata, Tragedi di Lima, Peru Bermula

Dapat terjadi eksaserbasi asma, emfisema (kerusakan alveolus) atau bronchitis pada mereka yang memiliki kondisi tersebut sebelumnya, ataupun bisa juga tidak. Hanya saja, asma bisa terjadi karena alergi akibat menanggapi agen.

Pertolongan untuk paparan kulit, juga bisa menjadi target paparan gas air mata. Paparan pada kulit harus didekontaminasi secara menyeluruh dengan air mengalir dan sabun untuk menghilangkan kontaminasi dan menenangkan sensasi terbakar.
Wajah juga harus dibersihkan dari partikel-partikel sebelum disabun. Sebagian telah menggunakan minyak nabati.

Apabila air liur yang telah terkontamisani tertelan, juga dapat menyebabkan muntah dan diare. Biasanya gejala gastrointestinal keseluruhan sembuh secara spontan, dan pengobatan spesifik lebih lanjut tidak dibutuhkan.

Namun, jika muntah atau diare terus berlanjut atau parah, ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan elektrolit, asidosis (penumpukan asam dalam darah), syok, kejang, obtundasi (penurunan kesadaran) dan hipokal- aemia (kadar kalium yang rendah dalam darah). Dalam situasi ini, pasien mungkin memerlukan perawatan penggantian elektrolit

Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dede Nasrullah, mengungkapkan gas air mata mengandung tiga kumpulan bahan kimia salah satunya yang sering digunakan adalah chloroacetophenone yang disingkat dengan CN dan chlorobenzylidenemalononitrile atau yang disingkat CS.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, IPW Desak Kapolri Cabut Izin Penyelenggaraan Kompetisi BRI Liga 1

Paparan bahan kimia tersebut secara langsung dapat menyebabkan iritasi pada mata, sistem pernapasan, dan kulit.

"Senyawa CS ini biasanya diformulasikan dengan beberapa bahan kimia, terutama pelarut metil isobutil keton (MIBK) yang digunakan sebagai pembawa," kata Dede dikutip dari Antara, Minggu, 2 Oktober 2022.

"Senyawa CS ini yang berhubungan dengan reseptor syaraf yang dapat menyebabkan rasa nyeri, ketika gas air mata terpapar di kulit terutama pada bagian wajah dan mata akan menimbulkan rasa perih dan pedih," tambahnya.

Selain itu mengalami beberapa nyeri gas air mata dapat juga menimbulkan rasa gatal pada kulit, panas, dan pengelihatan kabur.

Gejala lainnya yaitu terkait dengan pernapasan dapat dialami, seperti sulit bernapas, batuk, mual dan muntah.

Editor: Ghazali Hasan

Sumber: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah