Menapaki Cikini Kawasan Elit Masa Lalu yang Terus Melintasi Waktu

- 27 Desember 2021, 11:06 WIB
Bangunan Rumah Raden Saleh pada tahun 1875-1885. ANTARA/HO-Cagar Budaya Kemendikbud/am.
Bangunan Rumah Raden Saleh pada tahun 1875-1885. ANTARA/HO-Cagar Budaya Kemendikbud/am. /

Bergerak sekitar setengah abad setelah lahan hektaran itu tak lagi dimiliki Raden Saleh, wajah sepanjang jalan Cikini Raya terus berkembang sedemikian rupa. Terlebih pemerintah Hindia Belanda tampaknya memang menyiapkan kawasan tersebut sebagai penyokong perumahan Nieuw-Gondangdia (pemukiman elit Menteng).

Baca Juga: KKP Teliti Arkeologi Maritim Tidore, Penguatan Narasi Sejarah Maritim Nusantara

Hal tersebut terlihat dari berdirinya sejumlah fasilitas penunjang yang rupa bangunan beberapa di antaranya tak lagi utuh bahkan sudah hilang dan berganti fungsi, termasuk taman dan kebun binatang bekas Raden Saleh.

Salah satu bangunan yang tak banyak berubah adalah Kantor Pos Cikini (Tjikini Post Kantoor). Bangunan bernuansa artdeco yang terletak di hulu jalan itu dibangun pada 1920 dan masih beroperasi di masa sekarang.

Tampak depan bangunan Kantor Pos Cikini, Jakarta, 23 Desember 2021. (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)
Tampak depan bangunan Kantor Pos Cikini, Jakarta, 23 Desember 2021. (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)

Sebagai bagian dari Weltevreden, tempat-tempat yang dibangun pada masa kolonial secara otomatis hadir terutama untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidup warga Eropa. Sekitar 1920-an, misalnya, kawasan ini pun punya Zwembad Cikini (Kolam Renang Cikini) yang dahulu diperuntukkan bagi warga Eropa.

Dalam urusan gaya hidup lainnya, bahkan sejak 1898 telah berdiri toko “De Spin” atau toko Laba-Laba yang saat itu memproduksi barang-barang berbahan kulit, seperti tas dan sepatu. Toko ini masih beroperasi hingga sekarang meski bangunannya telah bertransformasi dan sekilas tampak tak berbeda dengan gaya toko modern saat ini. Di masa sekarang, Laba-Laba hanya mengkhususkan pada reparasi.

Baca Juga: Kisah Pala dalam Jalur-Jalur Kuno Pembawa Rempah

Cikini juga punya tempat istimewa dalam hal pengembangan pusat pendidikan. Tak jauh dari Laba-Laba, berdiri sekolah milik pemerintah Hindia Belanda, Eerste School D (kini berubah menjadi SMPN 1 Cikini), yang dibangun pada 1909. Sekolah ini merupakan sekolah untuk orang pribumi pertama yang ada di Batavia.

Selain Eerste School D, Sekolah Rakyat Partikelir Mayumi atau kini dikenal dengan Perguruan Cikini juga menjadi populer di kawasan tersebut sejak dibangun pada masa pendudukan Jepang.

Gerobak roti Tan Ek Tjoan yang hingga kini masih dijajakan di sekitar Cikini, Jakarta, 23 Desember 2021. (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)
Gerobak roti Tan Ek Tjoan yang hingga kini masih dijajakan di sekitar Cikini, Jakarta, 23 Desember 2021. (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)

Halaman:

Editor: Ghazali Hasan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x