Mencemaskan! Pemanasan Global pada Tingkat 1,5 Derajat Celcius Berdampak Negatif pada Ekosistem

- 4 November 2021, 06:05 WIB
Ilustrasi. Seorang anak yang sedang menjala ikan di Kepulauan Widi, Halmahera. Bumi diantisipasi agar tidak mengalami kenaikan suhu melampaui 2,7 derajat Fahrenheit (1,5 derajat C) yang diperkirakan bisa terjadi antara 2032 hingga 2039.
Ilustrasi. Seorang anak yang sedang menjala ikan di Kepulauan Widi, Halmahera. Bumi diantisipasi agar tidak mengalami kenaikan suhu melampaui 2,7 derajat Fahrenheit (1,5 derajat C) yang diperkirakan bisa terjadi antara 2032 hingga 2039. /Pixabay/Kenenori/

Presidensi G-20 Mario Draghi mengatakan bahwa tanpa multilateralisme, upaya menangani krisis iklim akan stagnan. Bahkan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan kekecewaannya atas hasil yang tidak maksimal dari pertemuan puncak pemimpin 20 negara ekonomi terbesar tersebut.

Baca Juga: Menko Luhut: Indonesia Seriusi Komitmen Pengendalian Perubahan Iklim

"Sementara saya menyambut komitmen G-20 untuk solusi global, saya meninggalkan Roma dengan harapan saya yang belum terpenuhi. Tetapi harapan itu tidak terkubur karena selanjutnya masih ada kesempatan di COP26 di Glasgow untuk menjaga tujuan 1,5 derajat tetap hidup, dan untuk mengimplementasikan janji keuangan, serta adaptasi untuk manusia dan planet," cuit Guterres melalui Twitter-nya.

Harapan ada di Glasgow. Indonesia menegaskan komitmennya di Glawgow ini. Kata Presiden RI Joko Widodo, saat berbicara pada KTT Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim atau COP26, Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim.

“Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan turun 82 persen pada 2020,” ujar Presiden Jokowi di Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11).

Tak hanya itu, Indonesia juga telah memulai merehabilitasi hutan mangrove seluas 600.000 hektare hingga 2024, terluas di dunia. Indonesia juga telah merehabilitasi tiga juta lahan kritis antara 2010-2019.

“Sektor yang semula menyumbang 60 persen emisi Indonesia, akan mencapai carbon net sink selambatnya pada tahun 2030,” imbuhnya.

Baca Juga: WALHI Maluku Utara Mencatat 76 Ribu Hektar Hutan Dikuasai Perusahaan Tambang

Di sektor energi, Indonesia juga terus melangkah maju dengan pengembangan ekosistem mobil listrik dan pembangunan pembangkit tenaga surya terbesar di Asia Tenggara.

Selain itu, Indonesia juga memanfaatkan energi baru terbarukan, termasuk biofuel, serta pengembangan industri berbasis energi bersih, termasuk pembangunan kawasan industri hijau terbesar di dunia di Kalimantan Utara.

Halaman:

Editor: Ghazali Hasan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah