Penghuni Asrama Kodim 1501 Ternate dan Berkah Warisan Ladang Percontohan

4 Oktober 2021, 07:10 WIB
Sertu Agus Riyadi tengah menyiram bibit yang baru saja ditanam di ladang percontohan /Asri Sikumbang/Suara Ternate

SUARA TERNATE - Sejak menjadi menghuni asrama militer (Asmil) Kodim 1501 Ternate empat tahun silam, sersan satu (sertu) Agus Riyadi punya tugas lain disamping tugas di dunia militer.

Tugas itu adalah mengelola ladang percontohan yang berada persis di depan asrama tempat dia tinggal bersama keluarga.

Ladang seluas lebih dari 50 meterpersegi itu, merupakan buah tangan seniornya yang lebih dulu menempati Asmil tersebut 13 tahun silam. Mereka kemudian menyulap lahan tidur yang ada di depan Asmil, menjadi lahan produktif.

Baca Juga: Muncul Spider-Man di Kredit Akhir Venom 2, Begini Bocoran Faktanya

Setelah memasuki masa pensiun dan harus meninggalkan asmil, ladang pecontohan yang sudah memberikan banyak pendapatan itu pun diwariskan ke anggota yang nantinya menemempati asmil.

Dan kini, warisan itu pun jatuh ke tangan Agus. “Kalau saya istilahnya baru generasi ke dua," terang Agus yang ditemui suaraternate.com Minggu, 3 Oktober 2021 sore.

Bak gayung bersambut. Warisan ladang pecontohan ini rupanya jatuh ke tangan anggota yang tepat. Sebagai anak yang lahir dari keluarga petani di salah satu daerah di Jawa Tengah, Agus pun tidak menyia-nyiakan warisan 'harta karun' tersebut.

Baca Juga: Terungkap Kasus Penyerangan Terhadap Tokoh Agama

Bersama Tiga orang lainya yaitu Raila (Pensiunan yang masih diberikan waktu sesaat tinggal di Asmil), Serda Ruslan Buamona dan Jumati (warga sipil), mereka pun mengolah lahan produktif itu dengan tanaman bulanan terutama sayur-sayuran.

Walaupun ukurannya tidak terlalu luas, namun metode pengolahan pun mengikuti metode yang dipakai petani tanaman holtikultira. Mulai dari pola penanaman hingga pemakaian jenis pupuk.

Bahkan, Agus mengaku, dari pengakuan tiga lembaga bidang pangan, gizi dan kimia pernah melakukan riset di ladang percontohannya itu, mengatakan kualitas batang dan daun sayuran serta unsur hara tanah, masih dibilang normal.

Baca Juga: Hindari Kebiasaan Tidur di Dekat Ponsel. Ahli: Bisa Bahaya untuk Kesehatan Otak

Proses panen biasanya berlangsung selama 25 hari pasca tanam. “25 hari kita panen, dua hari kemudian kita olah lagi tanahnya dan tanam lagi,” ujar dia sekali lagi.

Namun, tidak semua masa panen menghasilkan hasil yang memuaskan. Apalagi, masa panen itu bertepatan musim penghujan. "Secara otomatis kandungan air di tanaman akan berlebihan dan mengakibatkan gagal panen atau kondisi fisik sayuran itu kerdil," katanya.

Baca Juga: Selisik Jejak Hongitochten di Maluku Utara

Hasil panen biasanya dijual ke pedagang perantara alias dibo-dibo setelah dibuka untuk untuk kebutuhan dan dibagikan ke tetangga. “Kita juga melayani pembeli dari luar bahakan agak sedikit kewalahan. Yang langganan juga ada di pasar, orang sini bilang dibo-dibo.” katanya

Dengan luas lahan yang ada, dalam sekali panen Agus bisa memperoleh keuntungan kotor rata-rata Rp 3 hingga Rp 4 juta. "Uang itu nanti dipakai membeli bibit Rp 400 ribu dan ongkos pupuk Rp 300 ribu," tukasnya.***

Editor: Purwanto Ngatmo

Tags

Terkini

Terpopuler