Konflik yang Tak Kunjung Usai antara Orang Rimba dengan Perkebunan Sawit

- 6 November 2021, 11:35 WIB
Ilustrasi. Suku Anak Dalam (SAD) yang dikenal Orang Rimba di Jambi.
Ilustrasi. Suku Anak Dalam (SAD) yang dikenal Orang Rimba di Jambi. /Antara

Pada saat itu, Orang Rimba yang membrondol sawit (mengambil buah sawit yang jatuh dari pohon). Dalam perjalanan pulang dari mengambil brondol ini, Nutup dan Niti adiknya bersama tujuh orang rimba lainnya, dihadang satpam dan pekerja perusahaan PT PKM.

Satpam meminta mereka menurunkan hasil brondolannya. Melihat kalah jumlah Orang Rimba berniat menurunkan hasil membrondol sehari. Namun kemudian malahan orang rimba ini dipukuli, dan menyebabkan tiga Orang Rimba terluka.

Baca Juga: Verifikasi Administrasi Dokumen Lengkap, DPR Uji Kelayakan Calon Panglima TNI Andika Perkasa Hari Ini

Enam motor yang dikendarai Orang Rimba dirampas dan dibuang ke dalam parit perusahaan yang lokasinya berada di kawasan gambut Sarolangun itu. Tidak berhenti sampai di situ, ketika Besera dan enam anggota rombong lainnya melintas di lokasi yang sama juga mendapat perlakuan sama dipukuli dan motor di rampas.

Total 17 motor Orang Rimba yang di rampas dan dibuang ke dalam parit. Dalam situasi yang ketakutan Orang Rimba berlari meninggalkan lokasi bentrok. Melalui Tumenggung Ngelembo yang memiliki hubungan Waris (hubungan kekerabatan) dengan kelompok yang dipukuli berupaya mencari penyelesaian.

Hingga tercapai kata sepakat damai pada 13 Oktober 2021. Isinya perusahaan akan mengganti luka pampai, denda adat yang telah menyebabkan Orang Rimba luka-luka senilai Rp36 juta.

Sedangkan 17 motor yang dibenamkan di parit dikembalikan ke Orang Rimba dalam kondisi yang sudah diperbaiki. Perusahaan berjanji seminggu akan menyelesaiakan perbaikan motor dan membayar denda adat.

Hanya saja, hingga Jumat 29 OLktober lalu, sudah lewat dari waktu yang di janjikan, penyelesaian tidak kunjung datang. Akibatnya Orang Rimba kembali membrondol sawit dan meletus konflik Jumat pekan lalu dan semakin luas.

Melihat konflik yang terus terjadi, Manager Program Suku-Suku Komunitas Konservasi Indonesia Warsi, Robert Aritonang menyebutkan, setiap konflik ini harus dilihat akar persoalannya.

Jangan dilihat secara parsial, rentetan kasus yang timbul merupakan akumulasi dari persoalan-persoalan dasar pada komunitas adat marginal dalam hal ini Orang Rimba yang tidak terselesaikan dengan baik.

Halaman:

Editor: Ghazali Hasan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x