Tajibesi yang merupakan budaya hasil integrasi, sangat berperan dalam membangkitkan semangat perlawanan terhadap kolonial pada masa lalu. Ritual ini merupakan tarekat kekebalan yang melahirkan identitas dan kepercayaan diri dari setiap pelakunya.
Tajibesi, menjadi memasyarakat dan tetap langgeng pada kehidupan masyarakat Maluku Utara hingga kini.
Pada tahun 2019 lalu, Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku melalui program Pencatatan dan Perekaman Warisan Budaya Tak Benda, telah melakukan kegiatan perekaman Debus/Badabus (Ratib Tajibesi) di Tidore.
Properti utama yang digunakan dalam ritual ini adalah sepotong besi tajam yang ukuranya disesuaikan, dan pada salah satu ujungnya dipasang kayu dan rantai untuk pemberat.
Setiap unjung besi nantinya digunakan untuk menusuk dada para pemain debus. Akan diasah setajam mungkin dan pemberat dari kayu dan rantai besi ini akan berfungsi untuk memberi kekuatan dorongan di saat besi diayunkan ke dada.
Berikut, Video Ritual Tajibesi di Kesultanan Tidore
View this post on Instagram
Besi tersebut sebelumnya telah dibacakan doa terlebih dahulu. Selain itu, alat-alat yang harus disiapkan adalah tempat pembakaran dupa, mangkuk putih yang berisi air sebagai simbol kesucian, bantal, kitab amalan (Lefo) yakni manuskrip yang ditulis dengan tangan, dan kebanyakan berisi ajaran Islam dalam tingkatan syariat, tharikat, hakikat, dan marifat.
Selain itu ada sarabati minuman yang terbuat dari jeruk nipis,jahe,dan gula merah. Sarabati menjadi minuman yang dinikmati pada saat akhir ritual dan rabana alat pengiring dalam ritual Badabus.