Mereka yang Memilih Pena adalah Senjata, jadi Tulisan Hingga Pengasingan

- 1 Oktober 2021, 17:06 WIB
Para pejuang dengan pena.
Para pejuang dengan pena. /Grafis ilustrasi ANTARA/Erie/Perdinan/

 

Mohammad Misbach (1876-1926)

Situasi tanah Jawa di awal abad ke-20 menarik perhatian Misbach, seorang saudagar batik di Surakarta. Lantas, Medan Moeslimin (1915) dan Islam Bergerak (1917) menjadi wadah menuangkan gagasan dan buah pikirannya selepas bergabung dengan Indische Journalist Bond.

Di koran Islam Bergerak terbitan April 1919 misalnya, Misbach membuat karikatur yang memperlihatkan penindasan Belanda pada petani.

Karikatur ini menginspirasi aksi mogok petani di beberapa perkebunan Belanda. Dia akhirnya dipenjara pada 1920 atas tuduhan penistaan dan baru keluar pada 1922.

Karena sepak terjangnya yang dikenal tegas, Misbach kembali di tangkap pada 20 Oktober 1923. Misbach dipenjara di Semarang sebelum dibuang ke Manokwari.

Di pengasingan, goresan penanya tetap lantang. Tulisan bersambung Misbach berjudul “Islam dan Komunis” yang dimuat secara berkala di Medan Moeslimin sepanjang tahun 1925 ditulis ketika berada dalam pengasingan.

Sebelum meninggal, Misbach sempat mengeluarkan tulisan terakhir berjudul “Nasehat”. Tulisan ini juga terbit di Medan Moeslimin dan berisikan pesan agar tetap bergerak melawan kezaliman berlandaskan agama.

Tirto Adhi Soerjo.
Tirto Adhi Soerjo.

Tirto Adhi Suryo (1880 - 7 Desember 1918)

Halaman:

Editor: Ghazali Hasan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x