Bersahaja Tapi Kaya Rasa, 3 Alumni Masterchef Indonesia Memasak Ulang Makanan Khas Masyarakat Adat

- 6 September 2022, 13:58 WIB
Uta Kelo makanan khas masyarakat adat Sulawesi Tengah.(Fifin)
Uta Kelo makanan khas masyarakat adat Sulawesi Tengah.(Fifin) /

Festival kuliner hingga kompetisi memasak

Fifin berpendapat, masakan-masakan komunitas adat merupakan warisan dari nenek moyang sejak zaman dahulu. Ia berharap masakan ini tidak berhenti sampai di generasi sekarang dan perlu dilestarikan. 

Sementara Silvy melihat, selain melalui festival kuliner, maraknya reality show kompetisi memasak bisa menjadi kendaraan yang tepat untuk mempromosikan makanan komunitas adat.

“Misalnya, peserta diminta membuat makanan dari daun kelor. Jangan melulu diminta membuat sesuatu dari bahan impor. Dengan begitu, peserta bisa bantu mempromosikan daun kelor, sekaligus mendorong mereka untuk menggali kembali identitas dirinya yang berasal dari daerah,” katanya. 

Sependapat dengan Fifin, La Ode beranggapan bahwa kuliner Masyarakat Adat harus tetap ada, walaupun tidak disajikan dalam sebuah ritual adat. Ia berharap makanan tersebut lebih banyak diperjual-belikan di daerahnya sendiri, tanpa mengurangi unsur kulturalnya. “Dengan begitu, pengunjung yang mendatangi suatu daerah bisa tetap menikmatinya, meski tidak datang kala upacara tertentu. Sehingga, makanan itu jadi semakin populer, seperti halnya rendang.” 

Bagi Jordhi yang mengakui generasinya merupakan generasi cepat saji, pameran makanan bisa menjadi ajang yang baik untuk memperkenalkan pengunjung pada warisan nusantara.

“Penyelenggara bisa bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Kemenparekraf, pakar kuliner terkemuka, dan influencers. Saat perkenalan awal itu, pengunjung bisa langsung menikmati makanan daerah yang belum pernah mereka cicipi. Setelah itu, makanan bisa dijual dengan lebih masif. Tapi, perlu diimbangi produksi dan distribusi yang bagus agar harga makanan itu tetap terjangkau,” katanya. 

Silvy mengingatkan, makanan komunitas adat boleh saja dikomersialkan asalkan, pemilik pengetahuan akan kuliner itu yaitu masyarakat adat tidak dikesampingkan dan tetap mendapatkan benefit.

“Ini kan pengetahuan mereka. Jangan sampai makanan kaya budaya seperti ini diklaim sebagai menu khas mereka oleh orang yang punya modal besar. Padahal, cara memasaknya sudah dimodifikasi mengikuti selera pasar, sehingga cita rasa aslinya tidak lagi terjaga,” pungkasnya. 

 

Halaman:

Editor: Ahmad Zamzami


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah